Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendri akar katanya adalah “kelola”, di tambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen” yang artinya adalah pengadministrasian, pengaturan dan penataan suatu kegiatan. Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru.
Pengelolaan kelas merupakan masalah pokok bagi seorang pendidik baik yang sudah berpengalama atau pun belum. Pengelolaan kelas sendiri berbeda dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran. sedangkan, pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan efektif agar anak didik dapat mencapai tujuan pembelajaran jadi pengelolaan kelas yang efektif ialah syarat bagi pengajarana yang efektif (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas.
Setiap pendidik memasuki ruang kelas, maka pada saat itu pula ia menghadapi dua masalah pokok, yaitu masalah pengajaran dan masalah manajemen. Masalah pengajaran adalah usaha membantu anak didik dalam mencapai tujuan khusus pengajaran secara langsung, misalnya membuat suatu pelajaran, penyajian informasi, mengajukan pertanyaan, dll. Sedangkan masalah manajemen adalah usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Misalnya, memberi penguatan, mengembangkan hubungan pendidik-peserta didik, dan membuat aturan yang produktif.
Pengelolaan kelas menjadi faktor penting dalam mensukseskan kegiatan belajar-mengajar. Sehingga kemampuan ini perlu di kuasai oleh pendidik agar mampu membuat suasana yang nyaman dan menjadikan peserta didik senang berlama-lama untuk belajar. Dan mengantarkan pendidik pada satu tujuan pembelajaran yaitu mengantarkan ank didik dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti dan dari yang tidak berilmu menjadi berilmu.
Terdapat dua macam masalah pengelolaan kelas, yaitu :
1. Masalah Individual :
• Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).
• Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan)
• Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).
• Helplessness (peragaan ketidakmampuan).
Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain atau kelompok.
2. Masalah Kelompok :
• Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya.
• Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya.
• Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya.
• “Membombong” anggota kelas yang melanggar norma kelompok.
• Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
• Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair. Kelas kurang mampu menyesuakan diri dengan keadaan baru.
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan
Behavior – Modification Approach (Behaviorism Apparoach)
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa perilaku “baik” dan “buruk” individu merupakan hasil belajar. Upaya memodifikasiperilaku dalam mengelola kelas dilakukan melalui pemberian positive reinforcement (untuk membina perilaku positif) dan negative reinforcement (untuk mengurangi perilaku negatif). Kendati demikian, dalam penggunaan reinforcement negatif seyogyanya dilakukan secara hati-hati, karena jika tidak tepat malah hanya akan menimbulkan masalah baru.
Socio-Emotional Climate Approach (Humanistic Approach)
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa proses belajar mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang baik antara peserta didik – guru dan atau peserta didik – peserta didik dan guru menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik.
Dalam hal ini, Carl A. Rogers mengemukakan pentingnya sikap tulus dari guru (realness, genuiness, congruence); menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia (acceptance, prizing, caring, trust) dan mengerti dari sudut pandangan peserta didik sendiri (emphatic understanding).
Sedangkan Haim C. Ginnot mengemukakan bahwa dalam memecahkan masalah, guru berusaha untuk membicarakan situasi, bukan pribadi pelaku pelanggaran dan mendeskripsikan apa yang ia lihat dan rasakan; serta mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan sebagai alternatif penyelesaian.
Hal senada dikemukakan William Glasser bahwa guru seyogyanya membantu mengarahkan peserta didik untuk mendeskripsikan masalah yang dihadapi; menganalisis dan menilai masalah; menyusun rencana pemecahannya; mengarahkan peserta didik agar committed terhadap rencana yang telah dibuat; memupuk keberanian menanggung akibat “kurang menyenangkan”; serta membantu peserta didik membuat rencana penyelesaian baru yang lebih baik.
Sementara itu, Rudolf Draikurs mengemukakan pentingnya Democratic Classroom Process, dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat memikul tanggung jawab; memperlakukan peserta didik sebagai manusia yang dapat secara bijak mengambil keputusan dengan segala konsekuensinya; dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati tata aturan masyarakat.
Group Process Approach
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa pengalaman belajar berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif. Richard A. Schmuck & Patricia A. Schmuck mengemukakan prinsip – prinsip dalam penerapan pendekatan group proses, yaitu : (a) mutual expectations; (b) leadership; (c) attraction (pola persahabatan); (c) norm; (d) communication; (d) cohesiveness.
Penataan Ruang Kelas
Penataan
Ruang kelas juga mempengaruhi suasana belajar agar menjadi lebih bergairah. Pengaturan dan penyusunan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk berkelompok sehungga memudahkan pendidik leluasa bergerak dalam membantu peserta didik belajar, dalam mengatur ruang belajar, kita perlu memperhatukan hal-hal berikut :
• Ukuran dan bentuk kelas
• Bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa
• Jumlah siswa dalam satu kelas
• Jumlah siswa dalam setiap kelompok
• Jumlah kelompok dalam kelas
• Komposisi siswa dalam kelas (seperti siswa pandai dengan siswa kurang pandai, pria dan wanita)
a. Pengaturan Tempat duduk
Saat belajar peserta didik membutuhkan tempat duduk. Ukuran, bentuk dan formasi yang sesuai sangatlah membantu memberikan kenyamanan belajar kepada peserta didik. Ada baiknya ukuran tempat duduk peserta didik jangan terlalu besar agar dapat di ubah-ubah sesuai kondisi belajar seperti metode berdiskusi, peserta didik dapat mengunakan formasi melingkar, sedangkan untuk metode ceramah tempat duduknya dapat berderet memanjang kebelakang. Sudirman N mengemukakan beberapa contoh formasi tempat duduk yaitu : posisi berhadap-hadapan, posisi setengah melingkar dan posisi berbaris kebelakang.
b. Pengaturan Alat-alat Pengajaran
Diantara alat-alat pengajaran dikelas yang harus diatur adalah sebagai berikut:
• Perpustakaan kelas
• Alat-alat peraga media pembelajaran
• Papan tulis, kapur tulis dan lain-lain
• Papan presensi siswa
c. Penataan Keindahan dan Kebersihan Kelas
a. Hiasan dinding seperti : Burung garuda, Teks proklamasi, slogan pendidikan, para pahlawan, peta, dll
b. Penempatan lemari
c. Pemeliharaan kebersihan
d. Ventilasi dan Tata Cahaya
a. Ada ventilasi yang sesuia dengan ruangan kelas
b. Sebaiknya tidak merokok
c. Pengaturan cahaya perlu diperhatikan
d. Cahaya yang masuk harus cukup
e. Masuknya dari arah kiri, jangan berlawanan denagn bagian depan
Pengaturan Siswa
Abu Ahmadi dan widodo melihat siswa sebagai individu dengan segala perbedaan dan persamaannyayang berisikan pada aspek Psikologi, intelektual dan biologis, persamaan dan perbedaan yang dimaksud ialah :
1. Persamaan dan perbedaan dalam Kecerdasan.
2. Persamaan dan perbedaan dalam kecakapan.
3. Persamaan dan perbedaan dalam hasil belajar.
4. Persamaan dan perbedaan dalam bakat.
5. Persamaan dan perbedaan dalam sikap.
6. Persamaan dan perbedaan dalam kebiasaan.
7. Persamaan dan perbedaan dalam Pengetahuan/ pengalaman.
8. Persamaan dan perbedaan dalam ciri-ciri jasmaniah.
9. Persamaan dan perbedaan dalam minat.
10. Persamaan dan perbedaan dalam cita-cita.
11. Persamaan dan perbedaan dalam kebutuhan.
12. Persamaan dan perbedaan dalam kepribadian.
13. Persamaan dan perbedaan dalam pola-pola dan tempo perkembangan.
14. Persamaan dan perbedaan dalam latar belakang lingkungan.
Berbagai persamaan dan perbedaan kepribadian siswa diatas berguna dalam membantu usaha pengaturan siswa di kelas
==================
Referensi
Akhmad Sudrajat. tentang Pendidikan : Pengelolaan Kelas. http://akhmadsudrajad.wordpress.com
Drs. Syaiful Bahri Djamarah dan Dr. aswan Zain. 2006. Strategi belajar mengajar (edisi Revisi). Jakarta: PT Rineka Cipta
==================
Referensi
Akhmad Sudrajat. tentang Pendidikan : Pengelolaan Kelas. http://akhmadsudrajad.wordpress.com
Drs. Syaiful Bahri Djamarah dan Dr. aswan Zain. 2006. Strategi belajar mengajar (edisi Revisi). Jakarta: PT Rineka Cipta
terima kasih atas informasi yang saya dapat bu amy..mudah2an ini berguna bagi saya
BalasHapusAmin,,,, makasih komen'e abang ku,,, klo bisa tolong di kritik untuk bahan intropeksi :)
BalasHapus