Rabu, 11 Januari 2012

Peranan Pendidikan dalam Menciptakan Good Governance

.Pendidikan merupakan upaya nyata untuk memfasilitasi individu lain, dalam mencapai kemandirian serta kematangan mentalnya sehingga dapat survive di dalam kompetisi kehidupannya.
Pendidikan adalah proses pembelajaran yang didapat oleh setiap manusia (Peserta Didik) untuk dapat membuat manusia (Peserta Didik) itu mengerti, paham, dan lebih dewasa serta mampu membuat manusia (Peserta Didik) lebih kritis dalam berpikir.
Pendidikan bisa diperoleh baik secara Formal, non formal dan informal, pendidikan formal diperoleh kita mengikuti progam-program yang sudah dirancang secara terstruktur oleh suatu intitusi, departemen atau kementrian suatu Negara. pendidikan non formal adalah pengetahuan yang didapat manusia (Peserta didik) dalam kehidupan sehari-hari (berbagai pengalaman) baik yang dia rasakan sendiri atau yang dipelajarai dari orang lain (mengamati dan mengikuti). sedangkan pendidikan informal ialah pendidikan yang di dapat dari kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang program-programnya tidak di naungi oleh departemen atau intitusi tertentu melainkan pendidikan yang di laksanakan dalam keluarga atau lingkungan. namun, saat ini pendidikan informal sudah dapat mendapat ijazah jika di ikut sertakan dalam ujian kesetaraan seperti home schooling.
sedangkan  Dalam kamus, istilah “government” dan “governance” seringkali dianggap memiliki arti yang sama yaitu cara menerapkan otoritas dalam suatu organisasi, lembaga atau negara. Government atau pemerintah juga adalah nama yang diberikan kepada entitas yan menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan dalam suatu negara
Istilah “governance” sebenarnya sudah dikenal dalam literatur administrasi dan ilmu politik hampir 120 tahun, sejak Woodrow Wilson memperkenalkan bidang studi tersebut kira-kira 1125 tahun yang lalu. Tetapi selama itu governance hanya digunakan dalam konteks pengelolaan organisasi korporat dan lembaga pendidikan tinggi. Wacana tentang “governance” dalam pengertian yang hendak kita perbincangkan pada pertemuan hari ini -- dan yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sebagai tata-pemerintahan, penyelenggaraan pemerintahan atau pengelolaan pemerintahan -- baru muncul sekitar 15 tahun belakangan ini, terutama setelah berbagai lembaga pembiayaan internasional mempersyaratkan “good governance” dalam berbagai program bantuannya. Oleh para teoritisi dan praktisi administrasi negara Indonesia, term “good governance” telah diterjemahkan menjadi penyelenggaraan pemerintahan yang amanah (Bintoro Tjokroamidjojo), tatapemerintahan yang baik (UNDP), pengelolaan pemerintahan yang baik dan bertanggunjawab (LAN), dan ada juga yang mengartikan secara sempit sebagai pemerintahan yang bersih.
pendidkan sangatlah penting bagi keberlangsung hidup suatu bangsa. terutama dalam menciptakan tata pemerintahan yang baik. dengan adanya pendidikan di harapakan generasi muda mampu untuk menjalakan roda pemerintahan dengan bersih, namun itu semua dapat terwujud dengan di tanamkannya pendidikan karakter sejak dini, agar generasi muda tumbuh dengan jiwa-jiwa yang disiplin. dan tidak hanya cerdas tetapi juga berakhlak mulia.


==================
Referensi : semua sumber ......

Jumat, 23 Desember 2011

Pengelolaan kelas dalam pembelajaran

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendri akar katanya adalah “kelola”, di tambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen” yang artinya adalah pengadministrasian, pengaturan dan penataan suatu kegiatan. Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru. 
Pengelolaan kelas merupakan masalah pokok bagi seorang pendidik baik yang sudah berpengalama atau pun belum. Pengelolaan kelas sendiri berbeda dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran. sedangkan, pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan efektif agar anak didik dapat mencapai tujuan pembelajaran jadi pengelolaan kelas yang efektif ialah syarat bagi pengajarana yang efektif (pembinaan rapport, penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan fasilitas.
Setiap pendidik memasuki ruang kelas, maka pada saat itu pula ia menghadapi dua masalah pokok, yaitu masalah pengajaran dan masalah manajemen. Masalah pengajaran adalah usaha membantu anak didik dalam mencapai tujuan khusus pengajaran secara langsung, misalnya membuat suatu pelajaran, penyajian informasi, mengajukan pertanyaan, dll. Sedangkan masalah manajemen adalah usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Misalnya, memberi penguatan, mengembangkan hubungan pendidik-peserta didik, dan membuat aturan yang produktif.
Pengelolaan kelas menjadi faktor penting dalam mensukseskan kegiatan belajar-mengajar. Sehingga kemampuan ini perlu di kuasai oleh pendidik agar mampu membuat suasana yang nyaman dan menjadikan peserta didik senang berlama-lama untuk belajar. Dan mengantarkan pendidik pada satu tujuan pembelajaran yaitu mengantarkan ank didik dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti dan dari yang tidak berilmu menjadi berilmu.
Terdapat dua macam masalah pengelolaan kelas, yaitu :
1. Masalah Individual :
• Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).
• Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan) 
• Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).
• Helplessness (peragaan ketidakmampuan). Keempat masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi juga dapat merugikan orang lain atau kelompok.
2. Masalah Kelompok :
• Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya.
• Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya.
• Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya.
• “Membombong” anggota kelas yang melanggar norma kelompok.
• Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
• Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair. Kelas kurang mampu menyesuakan diri dengan keadaan baru. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan 
Behavior – Modification Approach (Behaviorism Apparoach) 
 Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa perilaku “baik” dan “buruk” individu merupakan hasil belajar. Upaya memodifikasiperilaku dalam mengelola kelas dilakukan melalui pemberian positive reinforcement (untuk membina perilaku positif) dan negative reinforcement (untuk mengurangi perilaku negatif). Kendati demikian, dalam penggunaan reinforcement negatif seyogyanya dilakukan secara hati-hati, karena jika tidak tepat malah hanya akan menimbulkan masalah baru. 

Socio-Emotional Climate Approach (Humanistic Approach)  
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa proses belajar mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang baik antara peserta didik – guru dan atau peserta didik – peserta didik dan guru menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik.
Dalam hal ini, Carl A. Rogers mengemukakan pentingnya sikap tulus dari guru (realness, genuiness, congruence); menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia (acceptance, prizing, caring, trust) dan mengerti dari sudut pandangan peserta didik sendiri (emphatic understanding).
Sedangkan Haim C. Ginnot mengemukakan bahwa dalam memecahkan masalah, guru berusaha untuk membicarakan situasi, bukan pribadi pelaku pelanggaran dan mendeskripsikan apa yang ia lihat dan rasakan; serta mendeskripsikan apa yang perlu dilakukan sebagai alternatif penyelesaian.
Hal senada dikemukakan William Glasser bahwa guru seyogyanya membantu mengarahkan peserta didik untuk mendeskripsikan masalah yang dihadapi; menganalisis dan menilai masalah; menyusun rencana pemecahannya; mengarahkan peserta didik agar committed terhadap rencana yang telah dibuat; memupuk keberanian menanggung akibat “kurang menyenangkan”; serta membantu peserta didik membuat rencana penyelesaian baru yang lebih baik. 
Sementara itu, Rudolf Draikurs mengemukakan pentingnya Democratic Classroom Process, dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat memikul tanggung jawab; memperlakukan peserta didik sebagai manusia yang dapat secara bijak mengambil keputusan dengan segala konsekuensinya; dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati tata aturan masyarakat. 
Group Process Approach 
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa pengalaman belajar berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif. Richard A. Schmuck & Patricia A. Schmuck mengemukakan prinsip – prinsip dalam penerapan pendekatan group proses, yaitu : (a) mutual expectations; (b) leadership; (c) attraction (pola persahabatan); (c) norm; (d) communication; (d) cohesiveness.
Penataan Ruang Kelas Penataan
Ruang kelas juga mempengaruhi suasana belajar agar menjadi lebih bergairah. Pengaturan dan penyusunan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk berkelompok sehungga memudahkan pendidik leluasa bergerak dalam membantu peserta didik belajar, dalam mengatur ruang belajar, kita perlu memperhatukan hal-hal berikut :
• Ukuran dan bentuk kelas
• Bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa
• Jumlah siswa dalam satu kelas
• Jumlah siswa dalam setiap kelompok 
• Jumlah kelompok dalam kelas
• Komposisi siswa dalam kelas (seperti siswa pandai dengan siswa kurang pandai, pria dan wanita)
a. Pengaturan Tempat duduk Saat belajar peserta didik membutuhkan tempat duduk. Ukuran, bentuk dan formasi yang sesuai sangatlah membantu memberikan kenyamanan belajar kepada peserta didik. Ada baiknya ukuran tempat duduk peserta didik jangan terlalu besar agar dapat di ubah-ubah sesuai kondisi belajar seperti metode berdiskusi, peserta didik dapat mengunakan formasi melingkar, sedangkan untuk metode ceramah tempat duduknya dapat berderet memanjang kebelakang. Sudirman N mengemukakan beberapa contoh formasi tempat duduk yaitu : posisi berhadap-hadapan, posisi setengah melingkar dan posisi berbaris kebelakang.
b. Pengaturan Alat-alat Pengajaran Diantara alat-alat pengajaran dikelas yang harus diatur adalah sebagai berikut:
• Perpustakaan kelas
• Alat-alat peraga media pembelajaran
• Papan tulis, kapur tulis dan lain-lain
• Papan presensi siswa 

c. Penataan Keindahan dan Kebersihan Kelas 
a. Hiasan dinding seperti : Burung garuda, Teks proklamasi, slogan pendidikan, para pahlawan, peta, dll
b. Penempatan lemari
c. Pemeliharaan kebersihan

d. Ventilasi dan Tata Cahaya
a. Ada ventilasi yang sesuia dengan ruangan kelas
b. Sebaiknya tidak merokok 
c. Pengaturan cahaya perlu diperhatikan 
d. Cahaya yang masuk harus cukup
e. Masuknya dari arah kiri, jangan berlawanan denagn bagian depan Pengaturan Siswa 

Abu Ahmadi dan widodo melihat siswa sebagai individu dengan segala perbedaan dan persamaannyayang berisikan pada aspek Psikologi, intelektual dan biologis, persamaan dan perbedaan yang dimaksud ialah :
1. Persamaan dan perbedaan dalam Kecerdasan.
2. Persamaan dan perbedaan dalam kecakapan.
3. Persamaan dan perbedaan dalam hasil belajar.
4. Persamaan dan perbedaan dalam bakat. 
5. Persamaan dan perbedaan dalam sikap.
6. Persamaan dan perbedaan dalam kebiasaan.
7. Persamaan dan perbedaan dalam Pengetahuan/ pengalaman.
8. Persamaan dan perbedaan dalam ciri-ciri jasmaniah. 
9. Persamaan dan perbedaan dalam minat. 
10. Persamaan dan perbedaan dalam cita-cita. 
11. Persamaan dan perbedaan dalam kebutuhan. 
12. Persamaan dan perbedaan dalam kepribadian. 
13. Persamaan dan perbedaan dalam pola-pola dan tempo perkembangan.
14. Persamaan dan perbedaan dalam latar belakang lingkungan.

Berbagai persamaan dan perbedaan kepribadian siswa diatas berguna dalam membantu usaha pengaturan siswa di kelas

==================
Referensi
Akhmad Sudrajat. tentang Pendidikan : Pengelolaan Kelas. http://akhmadsudrajad.wordpress.com
Drs. Syaiful Bahri Djamarah dan Dr. aswan Zain. 2006. Strategi belajar mengajar (edisi Revisi). Jakarta: PT Rineka Cipta












Jumat, 11 November 2011

Marohil al-ghozwil fikri al-ghorby

BAB I
PENDAHULUAN

Ghazwul fikri ( perang pemikiran ) merupakan hal yang sangat mungkin terjadi pada zaman seperti ini. Suatu cara yang sangat ampuh untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok melalui globalisasi informasi. Perang yang jauh lebih berbahaya dari perang secara fisik karena tidak disadari karena kelihaiannya dan dampak yang ditimbulkan yaitu dampak psikologis yang terpengaruh dalam waktu yang lama. Dorongan untuk menerapkan al-ghozwul fikri sebagai upaya penganekaragaman serbuan terhadap kaum muslim ialah kegagalan pasukan nonmuslim menaklukan dunia Islam melalui perang secara konvensional ( secara fisik militer ). Hal ini menimbulkan kesadaran bagi mereka bahwa untuk menaklukan dunia Islam diperlukan penyerbuan yang bersifat nonmiliter.

Al-ghozwul fikri menyerang pemikiran dan ajaran Islam. Karena itu medannya sangat luas, seluas kehidupan Islam. Hampir semua bagian dari ajaran Islam dan aplikasinya dijadikan sasaran al-ghozwul fikri. Hal ini dimaksudkan agar kaum muslimin, dalam kehidupannya menyimpang dari wahyu, baik secara total maupun sebagian. 

Al-ghozwul fikri merupakan upaya agar bangsa-bangsa lemah selalu tunduk kepada pengaruh kaum penyerbu. Al-ghozwul fikri juga merupakan fenomena baru yang membuktikan betapa keras dan menyeluruhnya konspirasi kaum kafir terhadap Islam dan kaum Muslimin dan betapa halusnya tipu daya mereka. Dalam bahasa Inggris “ghozwul fikri” disebut sebagai brain washing, thought control, menticide adalah istilah yang menunjuk kepada suatu program yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur oleh musuh-musuh Islam untuk melakukan pendangkalan pemikiran dan cuci otak kepada kaum muslimin, dengan tujuan agar kaum muslimin tunduk dan mengikuti cara hidup mereka sehingga melanggengkan kepentingan mereka untuk menjajah/mengeksploitasi sumber daya milik kaum muslimin. Semua yang mereka lakukan hanya untuk satu tujuan yaitu menghancurkan kaum muslimin didunia.
BAB II
PEMBAHASAN 

2.1 Sejarah perkembangan Ghozwul fikri

Menurut bahasa Ghozwul fikri terdiri dari dua kata : ghozwah dan fikr, ghozwah berarti serangan, sebuan, atau invasi dan fikr berarti pemikiran. Serangan dan serbuan disini berbeda dengan serangan atau serbuan dalam qital ( perang senjata ). Invasi/serangan pemikiran dalam bahasa Inggris disebut sebagai brain washing, thought control, menticide. Invasi pemikiran yang dilakukan olah para musuh Islam dengan pertimbangan-pertimbangan bahwa dibandingkan dengan melakukan peperangan militer/fisik, maka Ghozwul fikri memiliki beberpa kelebihan diantaranya : sepihak (yang lain tidak menyadari kalau sedang diserang), korban hampir tidak ada, membutuhkan dana yang sedikit, hasilnya nyata terlihat dan berhasil, dan efeknya dalam dan luas. Menurut istilah adalah penyerangan dengan berbagai cara terhadap pemikiran umat Islam guna merubah apa yang ada didalamnya sehingga tidak lagi bias keluar dari pikirannya itu hal-hal yang benar karena telah tercampur aduk dengan hal-hal tidak Islami. 

Sejarah Ghozwul fikri sudah ada setua umur manusia, makhluk yang pertama kali melakukannya adalah Iblis la’natullah ketika berkata kepada Nabi Adam as : “Sesungguhnya Allah SWT melarang memakan buah ini supaya kalian berdua tidak menjadi malaikat dan tidak dapat hidup abadi” ( QS : 7/20 ). Dalam perkataannya ini Iblis tidak menyatakan bahwa Allah SWT tidak melarang kalian karena itu akan bertentangan dengan infromasi yang telah diterima eloh Adam as, tetapi Iblis mengemas dan menyimpangkan makna perintah Allah SWT sesuai dengan keinginannya, yaitu dengan menambahkan pelarangan Allah SWT yang dibuatnya sendiri dan ia tahu bahwa Adam as tidak mempunyai pengetahuan tentang sebab tersebut. 

Para pemikir muslim selalu menyinggung Perang Salib sebagai peristiwa sejarah yang berpengaruh luas terhadap sikap keagamaan kaum Kristiani Eropa, peristiwa ini membangkitkan dendam dan nafsu memusnahkan Islam dan menghancurkan kaum muslimin. Akibatnya mereka memperluas medan penyerbuan dan sasarannya. Sejalan dengan luasnya medan dan sasaran penyerbuan, mereka melipatgandakan penyerbuan dan sasarannya. 

Setidak-tidaknya pengalaman Perang Salib membangkitkan kesadaran baru bahwa untuk memusnahkan Islam di bumi ini tidak mungkin dilakukan hanya dengan melalui penyerbuan fisik. Bahkan perang konvensional yang mereka lakukan sampai beberapa abad tidak memberikan hasil yang diharapakan. Karena itu mereka menempuh cara lain, selain penyerbuan militer, yakni penyerbuan pemikiran yang merupakan alternative pelapiasan dendam dan nafsu ingin memusnahkan kaum muslimin atau menaklukannya. Orang yang sering disebut-sebut pertama kali menyerukan untuk melipat gandakan penyerbuan ini adalah Louis IX, kemudian menyusul orang-orang seperti Gladstone, Crommerm, Lord Allenby. Seruan-seruan mereka inilah yang kemudian dijadikan dasar perencanaan dan langkah-langkah penyerbuan baru Barat terhadap Islam. 

Louis IX ketika tertawan dirumah Luqman di Al-Manshuroh (Mesir) menyadari benar akan perlunya pelipat gandaan penyerbuan terhadap Islam dengan tidak semata-mata melalui perang konvensional. Ini merupakan salah satu indikator bahwa Perang Salib berpengaruh besar terhadap sikap keagamaan orang-orang Eropa dan pandangannya terhadap Islam dan kaum muslimin. Sehubungan dengan Perang Salib ini ada beberapa fenomena yang perlu dicatat, terutama dalam hal sikap keagamaan Barat yang Kristiani terhadap Timur yang Islami. Pertama, ada interaksi langsung pada hamper semua aspek kehidupan antara kekuatan kufur dan Islam. In menimbulkan sikap keagamaan baru bagi orang-orang Eropa dan melahirkan berbagai pengalaman yang dapat dijadikan pijakan dalam menentukan langkah penyerbuan baru terhadap kaum muslimin. Kedua, munculnya sikap keagamaan kaum Kristiani Eropa yang semakin keras. Sikap ini terutama diakibatkan oleh kekalahan mereka yang berkali-kali dalam Perang Salib serta ketidak mampuan mereka menaklukkan dunia Islam secara total.

2.2 Sasaran dan Strategi Al-ghozwul fikri Al-ghozwul fikri mengarah kepada dua sasaran utama, yaitu :
1. Mengeliminasi Islam supaya tidak berkembang,
2. Menghantam Islam dari dalam. Untuk mencapai sasaran pertama al-ghozwul fikri, 
orang-orang kafir menggunakan beberapa strategi :
  1. Tasywih (pencemaran/pelecehan) Tasywih ini dilancarkan tidak terbatas hanya dalam satu aspek, tetapi mencakup seluruh aspek dalam Islam. Karena itu kita menemukan berbagai upaya Tasywih terhadap Al-Qur’an, Sunnah Nabi, pribadi Rasululloh SAW, sejarah Islam dan tokoh-tokohnya, system kehidupan Islam, peradaban dan warisan Islam, bahasa dan lainnya. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kebanggaan kaum muslimin terhadap Islam dengan menggambarkan Islam secara buruk.
  2. Tasykik (pendangkalan/peragu-raguan) Tasykik yang dilancarkan orang-orang kafir terutama terarah kepada sejarah masa lalu umat dan masa kininya. Agar umat Islam terputus hubungannya dengan masa lalunya, maka orang-orang kafir melancarkan tasykik terhadap kejayaan masa lalu umat dan terhadap kehidupan pribadi tokoh-tokohnya. Tujuannya ialah agar generasi muslim sekarang tidak tahu sejarah masa lalu umatnya kecuali masa-masa kegelapan dan penindasan, masa kegoncangan dan kebiadaban, masa pemaksaan dan kediktatoran. Dengan demikian, gernerasi muslim sekarang melihat masa lalu sejarahnya hanya merupakan mata rantai berbagai bentuk penyiksaan dan silsilah penuh lembaran hitam.
  3. Tadzwib (penghancuran) karekteristik umat Setelah melancarkan tasywih dan tasykik orang-orang kafir kemudian memasuki tahap tadzwib (penghancuran). Tujuannya ialah agar umat Islam kehilanngan karekteristikdan kepribadiannya. Karena itu mereka menyerbu dengan berbagai sarana yang dapat merubah karakternya dan melunturkan aqidahnya. Seluruh kekuatan musuh Islam bersekongkol menghancurkan karakteristik umat dengan berbagai cara. Mereka menggunakan cara-cara langsung dan tidak langsung, terang-terangan dan samar-samar, materi dan immateri, asing dan local, ekonomi dan sosial, pendidikan dan kebudayaan terhadap muslim yang berada di negeri muslim ataupun muslim yang berada di negeri-negeri kafir.
  4. Taghrib (pembaratan/westernisasi/kafirinisasi) Satu langkah lagi yang mereka lancarkan adalah taghrib, yaitu penanaman kebudayaan baru yang dapat mengarahkan akal, menentukan perjalanan politik, menciptakan berbagai keputusan, merusak kondisi umat dan mengendalikan kepemimpinan kaum muslimin. Langkah ini disebut taghrib, sebuah upaya penanaman budaya barat secara total ke tengah-tengah kaum muslimin. Sehingga seluruh struktur kehidupan kaum muslimin sepenuhnya berada dalam kontrol dan arahan pola hidup barat.

Sedangkan untuk mencapai sasaran yang kedua al-ghozwul fikri, orang-oarng kafir menggunakan beberapa strategi, antara lain :
  1. Penyebaran paham Sekularisme Sekularisme berupaya menciptakan suatu kehidupan yang berdasarkan ilmu mutlak dan berada dibawah kekuasaan akal dan eksperimen. Karena itu hal-hal yang bersifat spiritual dipandang serba negatif. Dalam bidang politik, hukum dan moral, selain mendasarkan atas prinsip materialism, sekularisme juga menganut faham machiavelistik dan berupaya keras untuk memisahkan agama dan Negara . Dengan demikian Islam akan tergusur dari kehidupan nyata, sedangkan kepribadian kaum muslimin menjadi merosot, semata-mata bernilai materi kebendaan dan kerasionalan yang terpisah dari keimanan.
  2. Menyebarkan paham Nasionalisme Nasionalisme adalah paham yang meletakkan nation atau suku bangsa diatas segala-galanya. Menurut paham ini kepentingan bangsa harus berada diatas semua kepentingan, termasuk kepentingan agama. Karena itu bangsa merupakan prinsip, metode dan sekaligus tujuan kehidupan. Menurut Syekh Abdullah bin Baz : “Nasionalisme adalah propaganda jahiliyah ateistik yang bertujuan memerangi Islam dan menghantam segala hukum dan ajarannya. Nasionalisme adalah sebuah ciptaan Kristiani Barat untuk memerangi Islam dan menghancurkannya dari dalam”. Demikian beberapa strategi yang dilancarkan oleh orang-orang kafir yang berusaha untuk menghancurkan Islam.
2.3 Sarana –sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan ghazwul fikri.

  1. Lembaga Pemerintahan Semua lembaga pemerintahan di dunia Islam, tanpa kecuali dijadikan alat dan sarana al-ghozwul fikri. Sarana ini dipergunakan baik untuk mencapai sasaran pertama ( mengeliminasi Islam ) ataupun sasaran kedua ( menghantam Islam dari dalam ). Hal ini dilakukan dengan cara menguasai piranti politik dan piranti perundang-undangan.
  2. Publikasi- Publikasi adalah alat ghozwul fikri yang paling luas jangkauannya. Publikasi dapat mengantarkan ghozwul fikri dalam mencapai sasaran-sasarannya dalam kelompok masyarakat yaitu para cendikiawan, orang-orang awam besar-kecil, kaum laki-laki dan perempuan, orang kota dan kampung, oranng kaya dan miskin baik yang sudah dewasa maupun yang masih kecil. Karena itu orang-orang kafir berusaha keras menguasai dan mengarahkan alat-alat publikasi ini. Media cetak, media elektronik, teater, lagu-lagu, film dan lukisan-lukisan dikerahkan untuk membentuk generasi yang ruhnya kosong dari nilai-nilai Islam.
  3. Pendidikan Orang-orang kafir memanfaatkan lembaga-lembaga pendidikan secara luas untuk mecapai tujuan ghozwul fikri, yakni dengan cara mempengarui dan menguasainya. Hamper semua perangkat yang berkaitan dengan pendidikan dikuasai oleh mereka. Managemen, sistem, metode, filsafat pendidikan, tenaga pengajar sampai bahasa yang digunakan, dikuasai oleh mereka.
  4. Bidang kemasyarakatan Untuk mengeliminasi dan menghantam Islam dari dalam, mereka juga memanfaatkan bidang sosial kemasyarakatannya dan dijadikannya alat perusak dan penghancur pemikiran umat. Sekurang-kurangnya ada tiga cara yang biasa mereka lakukan dalam program ini :
  1. Mentasywih tokoh-tokoh agama dan masyarakat muslim dengan cara memburuk-burukkan nama baik tokoh dan perilaku masyarakat muslim tersebut.
  2. Menciptakan pemimpim-pemimpin palsu, baik sebagai pemimpin politik, pendidikan, maupun ekonomi.
  3. Menyerbu kehidupan social kemasyarakatan kaum muslimin dengan cara mempopulerkan berbagai macam tradisi, cara berpakaian, pemikiran, seruan-seruan, penemuan-penemuan dan lain sebagainya. 
Untuk melancarkan serangan-serangannya dalam mengkerdilkan pemikiran umat islam mereka memasarkan kepada umat islam yang populer di sebut “4 S” (Sing. Sex, Sport, Smoke) dan “4 F” (Fun, Fasion. Food, Faith). Tujuannya jelas, agar umat islam melupakan kitab pegangan utamanya (Al Qur’an), serta tuntunan Nabi Muhammad saw lewat hadist-hadist Nabawiyah. Ghozwul fikri yang mereka lancarkan ternyata sangat efektif untuk mematikan akidah dan pemikiran serta perjuangan umat Islam secara perlahan. Hal ini dapat kita jumpai dalam rumah tangga umat Islam bahkan sampai tingkat Negara sekalipun. Adapun isi dari ghozwul fikri itu adalah : 

a. Empat S ( 4-S ) 

SING : Musik dengan berbagai jenis dan instrumennya. 
SEX : Gambar-gambar pornografi dan film-film yang ditayangkan di televisi yang sarat dengan unsur pornografi. 
SPORT : Kegilaan terhadap olahraga yang tampaknya secara lahiriah membawa kebaikan bahkan mengangkat nama bangsa jika berprestasi, namun yang sering dilupakan oleh umat Islam adalah bentuk pakaian yang digunakan diberbagai cabang olahraga yang tidak mencerminkan kutur Islam yaitu menutup aurat, baik putra atau putrid. Juga even-even olahraga yang digelar tanpa memperhatikan waktu shalat, di antaranya sepakbola yang biasanya diiringi oleh arak-arakkan supporter. 
SMOKE : rokok sudah umum dikonsumsi oleh semua kalangan dan generasi, jumhur ulama berpendapat bahwa hokum rokok adalah makruh, khususnya makruh yang dapat merusak kesehatan bahkan menurut sebagian ulama hukkum merokok adalah haram atau paling tidak adalah makruh tahrim kecnduan rokok secara umum dikalangan umay Islam, tentunya membawa dampak negative bagi ketegaran ibadah dan jiwa perjuangan umat, didalam melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar secara utuh, serta menghalangi turunnya rahmat Allah SWT kepada mereka.

b. Empat F ( 4F ) :

FUN : Lawakan atau tontonan-tontonan yang lucu yang mengajak pemirsanya tertawa seringkali kkita jumpai di televise, panggung-panggung hiburan dan lain-lain. Yang patut disesalkan adalah kegiatan da’wah atau ceramah agama yang terkadanng porsi lawakannya justru lebih banyak dari fatwa atau isi dakwah itu sendiri. 
FASHION : Generasi muda merupakan konsumen utama dari perkembangan model pakaian yang berkiblat pada tren mode Barat.
FOOD : Berbagai macam dan merk makanan siap saji dengan mudah didapat dan harganya pun relative terjangkau. Sisi lain dari makanan jadi ini adalah proses pembuatannya yang terkadang tidak jelas halal haramnya ( walaupun berlabel halal )
FAITH : Kepercayaan yang dimaksud adalah berbagai paham yang dikembangkan oleh orang-orang kafir, seperti : Liberalisme, Zionisme, Sekularisme, Kapitalisme, Nasionalisme, Demokratisme ala Barat, Westernisasi, Kristenisasi, Emansipasi, Karierisasi, pemberlakuan HAM melebihi ketentuan hokum syara’ sesuai yang termaktub dalam Al-Qur’an dan Hadits.

2.4.  Beberapa saran yang digunakan untuk menghadapi ghozwul fikri. 
  1. Meninjau kembali semua kurikulum pendidikan di berbagai Negara Islam. Sehingga kita dapat menutup semua jendela yang dilalui oleh angin jahat. Sehubungan dengan ini universitas di Negara Islam harus memperhatikan mata kuliah kebudayaan Islam yang membicarakan tentang Ghozwul fikri, agar mahasiswa menyadari dan mengerti berbagai bahaya yang mengancam mereka.
  2.  
  3.  
  4. Sekarang Negara-negara maju mendirikan berbagai instansi untuk memerangi narkotika dan untuk memboikot berbagai komoditas musuh. Jadi tiba saatnya kita membentuk lembaga yang mengamati berbagai kegiatan para aggressor dan sekaligus mencari jalan menghadapinya.
  5. Menyebarluaskan berbagai prinsip dan ajaran Islam di tengah masyarakat dengan demikian mereka tidak membutuhkan nilai-nilai import.
  6. Umat Islam harus mempunyai kantor berita sendiri, dikelola secara professional, mengerti persoalan dan mampu mengungkap bahaya berita yang tersembunyi dalam berbagai berita yang disiarkan musuh.
  7.  Memberi pengarahan yang benar dan melindungi otak yang benar serta perasaan kita dari obat penenang dan racun.
  8. Menggerakkan berbagai potensi sastra untuk menggali warisan dan sejarah peradaban Islam.
  9. Menggalang persatuan umat Islam agar tercapai swasembada disegala segi.
  10. Menyatukan derap langkah para penulis muslim dan lembaga dakwah untuk mengawasi gerakan ghozwul fikriserta mengabil langkah untuk menghadapinya
BAB III 
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ghazwul fikri ( perang pemikiran ) merupakan hal yang sangat mungkin terjadi pada zaman seperti ini. Suatu cara yang sangat ampuh untuk mempengaruhi seseorang atau kelompok melalui globalisasi informasi. Dorongan untuk menerapkan al-ghozwul fikri sebagai upaya penganekaragaman serbuan terhadap kaum muslim ialah kegagalan pasukan nonmuslim menaklukan dunia Islam melalui perang secara konvensional (secara fisik militer). Menurut bahasa Ghozwul fikri terdiri dari dua kata : ghozwah dan fikr, ghozwah berarti serangan, sebuan, atau invasi dan fikr berarti pemikiran. Al-ghozwul fikri mengarah kepada dua sasaran utama, yaitu : 1. Mengeliminasi Islam supaya tidak berkembang, 2. Menghantam Islam dari dalam. Beberapa strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut diantaranya : Tasywih (pencemaran/pelecehan), Tasykik (pendangkalan/peragu-raguan),Tadzwib (penghancuran)karekteristik umat, Taghrib (pembaratan/westernisasi/kafirinisasi). 

3.2 Saran

Marilah kita mencoba untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT (menjadi pribadi yang bertakwa). Dengan ketakwaan inilah Allah SWT akan menganugrahkan furqon kepada diri kita sehingga kita dapat membedakan mana jalan yang benar dan salah.

DAFTAR PUSTAKA 

  • Bashori, H. Lutfi Musuh Besar Umat Islam. Jakarta: Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI). 2006. 
  • Faris 167. Ghozwul fikri. Diakses pada tanggal 27 Februari 2011. Dari www.google.com 
  • Ridlo, Abu Pengantar Ghazwul Fikri Faris 167. Ghozwul fikri. Diakses pada tanggal 27 Februari 2011. Dari www.google.com

Pendidikan Karakter Dalam Membentuk Kualitas Hidup Bangsa

Pendidikan merupakan aspek paling dasar dalam membentuk karakter bangsa. Bangsa yang berkualitas ialah bangsa yang memiliki karakter yang kuat, karakter-karakter itu merupakan suatu ciri khas yang membedakan bangsa kita dengan bangsa lainnya. karena Pendidikan adalah faktor dasar dari negara yang berkarakter otomatis pendidikan anak-anak bangsa itu sejak dini sudah harus kita perhatikan.

Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia terhadap Tuhan yang Maha Esa,  sesama manusia, diri sendiri, lingkungan dan bangsa yang di aplikasikan lewat perilaku, sufat, perkataan dan perbuatan kita, sedangakan pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.  

Dalam membentuk karakter bangsa yang berkualitas melalui pendidikan, ada empat faktor utama yang harus di perhatikan :
  • Faktor Kurikulum
  • Faktor Dana yang tersedia untuk pendidikan
  • Faktor kelayakan tenaga pendidik
  • Faktor lingkungan yang mendukung jalannya proses pendidikan
Keempat faktor diatas saling mendukung satu dengan yang lainnya dalam meningkatkan sumber daya manusia. yang mampu membangun bangsa ini. sebenarnya sistem kurikulum yang sudah di terapkan di sekolah-sekolah sudah baik. namun, kendala pasti akan selalu ada terutama dalam penerapannya kepada anak didik. sering kali kita jumpai anak didik yang hanya diajarkan hanya untuk sekedar tahu dan mengenal tanpa di tindak lanjuti dengan pengarahan dan pemberian life skill yang dapat menjadi modal mereka setelah lulus dari sekolah nanti. pendidikan jangan  hanya di jadikani alat untuk mentransfer ilmu tapi tidak mengatualisasikannya. kita berharap dengan ilmu pembentukan karakter diri dan bangsa akan lebih karakter tangguh baik untuk bangsa sendiri maupun bangsa-bangsa lain,

Hal ini agar sesuai dengan otorits penerapan aspek-aspek pendidikan yang di tetapkan oleh lembaga Pendidikan PBB UNESCO, yaitu :
  • Belajar untuk tahu ( learn to know)
  • Belajar untuk berbuat ( learn to do)
  • Belajar untuk menjadi diri sendiri (learn to be her/himself)
  • Belajar untuk hidup bersama ( learn to live together)
Namun, untuk membentuk anak didik yang berkarakter kuat, sudah pasti banyak sekali faktor dan media yang mempengaruhi perkembangan karakter anak tidak hanya dalam pendidikan formal, melainkan Pendidikan informal pun sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik.

Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. padahal Keluarga merupakan  pendidikan pertama untuk seorang anak, sebelum ia terjun dalam sosialisasi yang lebih luas, peran keluarga akan sangat mempengaruhi terhadap sikap, perilaku, dan sebagian besar karakternya. menjadi orang tua yang baik di zaman modern ini adalah sebuah tantangan yang tidak mudah. apalagi jika orangtua tidak hanya mengharapkan anaknya akan tumbuh cerdas, baik dan berprestasi tetapi juga anak yang taat dan shalih.
 
Namun, di lihat dari Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif  tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar yang tidak terkendali, dan pengaruh media elektronik yang saat ini telah menjamur lewat berkembangnya tekhnologi yang sangat mempermudah dalam mengakses berbagai jenis informasi dan hiburan. ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar anak didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar anak didik di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu hasil belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan karakter anak didik.

Semoga dengan usaha-usaha tersebut kita mampu membentuk karakter bangsa lewat ilmu pendidikan..

============
Referensi :
  • Akhmad sudrajat. Tentang Pendidikan Karakter. Diakses pada 10 November 2011 dari Akhmadsudrajat.wordpres.com
  • Kurni septa. Membentuk Karakter Bangsa Lewat Pendidikan. diakses pada 7 November 2011 dari www.sekolah dasar.net

===========
Hamidah


Sabtu, 05 November 2011

Tips membuat minyak gosok herbal

Hmm,,,, sebenarnya neh resep lihat di Tv waktu berita yang lagi rame2 orang buat minyak gosok palsu yang berbahaya buat kulit,,,, nah, kemudian di contohin deh cara buat minyak gosok herbal sendiri,, nah sambil nonto aye catet deh,,, hmm tapi maaf lpa euy di channel pa... yang penting mah,, semoga bisa bermanfaat ye hehehehe....


Bahan :
  • Jahe
  • kencur
  • Daun bakung di iris-iris
  • Lempuyang encrit
  • Minyak kelapa (tapi bukan yang sawit lhoooo....)
  • Minyak sereh
  • Minyak gandaria
Cara Membuat :
 keringkan semua bahan yaitu jahe, kencur, lempuyang encrit, dan daun bakung kemudian di keprek. semua bahan tadi rebus dengan air beserta daun bakun dan minyak kelapa... mask hingga keluar minyaknya.... setelah dingin tambhkan minyak sereh dan minyak gandaria sebagai aroma dan penambah hangat...

Selamat mencoba........!!!

Jumat, 04 November 2011

Modal Menjadi Guru Insfiratif


  • Berpandangan positif kepada Murid
  • Menjalin Ikatan emosional, Seperti :
    1. - jagan marah-marah, hadapi dengan sabar!
    2. -Jika ada anak yang kurang paham, maka ajarilah dengan sabar, jangan menunjukan kejengkelan apa lagi sampai mengeluarkan suara yang tinggi
  • Membuka kran Komunikasi, seperti : Ngobrol ngalor-ngidul tapi berbobot
  • Memperlakukan siswa sebagai manusia sederajat. dan Ingat Jika ingin didengar, maka belajarlah mendengar terlebih dahulu.
  • Membuat aturan main bersama, agar tercipta aturan main yang kondusif ada baiknya membuat aturan bersama-sama pada tahun ajaran baru. hal ini bermanfaat untuk pengelolaan kelas
  • Membuat kegembiraan, yaitu: *usahakan jangan mengeluarkan kalimat yang mengintimidasi karena akan merenggut kebebasan berfikir dan berekspresi siswa
  • Membuat afirmasi yang positif, dan menyuruh siswa untuk membuat pernyataan sendiri. sebagai contoh kalimat : " Aku Pasti Bisa !!!  dan  " tantangan baru menjadikan aku pintar!! 
  • Dapat mengambil motivasi dari tokoh-tokoh yang kemudian bisa di tempel di kelas deh,,,,,:)

Sedangkan syarat-syarat yang perlu di siapkan sebelum mengajar ialah :
  • Menguasai materi pembelajaran
  • mengusai metodologi pembelajaran
  • menganalisis  Pembelajaran dengan menentukan (+) dan (-) tehadap peserta didik

Hmmm Moga kita semua bisa menjadi guru yang baik dan amanah ye..... aminnnn... semangka........!!!! :) 


Referensi : 
  • Acep Yoni dan  Sri Rahayu Yunus. Begini cara Menjadi GUru Inspiratif dan disenangi Siswa. 2011. Yogyakarta:  Pustaka Widyatama
  • Drs. Yusra Killun. M.Pd. dalam stadium general di kampus STIT. Al Marhalah Al 'Ulya.

Jumat, 21 Oktober 2011

Pejalanan waktu


Tak kan pernah ku pahami jalannya waktu...
semua berlalu begitu cepat tanpa bisa ku tahan atau ku hentikan walau hanya sesaat,,,
perjalanan waktu itu memaksa ku bergerak mengikuti arah n tujuan...
menapaki bukit-bukit terjal, padang rumput n tanah bebatuan di iringi terpaan panas matahari dan angin semakin kencang bertiup seolah ingin mengajaku mengikutinya...

kini harus ku sadari semua itu tak dapat ku hindari tapi harus tetap ku lalui... dengan kesabaran n keikhlasan yang harus ku patri di sis hati,,,,, agar kelak ketika semua itu terjadi aku akan tetap kokoh berdiri menghadapi laju waktu yang tak mungkin terhenti....
Jyaaa ganbatte shizuka no amy hohoho....\ (^o^)/